http://emoticongue.blogspot.com -->

.t.h.e. .l.a.m.p. .p.o.s.t.

Tuesday, February 28, 2006

Dipaksa Cuti, tanya kenapa?

2 semester ini, jika anda perhatikan, banyak fenomena aneh di kampus kita tercinta ITS, yaitu semakin banyak mahasiswa yang cuti. Ternyata sebagian besar mahasiswa itu cuti karena mereka terlambat membayar SPP dan Pembantu Rektor 1 menyarankan mereka untuk cuti.
Kata menyarankan agaknya suatu kata yang diperhalus. Karena para mahasiswa yang telat membayar SPP itu tidak memiliki pilihan lain selain cuti.Kebijakan 'keras' ini baru dilakukan mulai semester gasal 2005/2006. Menurut PR 1, sanksi ini adalah suatu edukasi untuk menegakan kedisiplinan di kampus ITS tercinta.
Memang, kedisplinan adalah suatu hal yang harus ditegakan. Memang, terlambat membayar SPP mempersulit administrasi di ITS. Tapi sebagaimana kebijakan publik, kebijakan ini layak untuk dikritisi.
Kritik pertama dari kebijakan ini adalah tidak adanya sosialisasi dari rektorat tentang kebijakan ini mengingat kebijakan ini adalah kebijakan publik dan merupakan kebijakan yang sangat serius. Meskipun dipaksa cuti berbeda dari skorsing (bukan bentuk skorsing yang diterima teman2 kita), tapi esensinya sama, mereka dilarang mengikuti perkuliahan. Hal ini seharusnya disosialisasikan kepada para mahasiswa, tapi sampai sekarang tidak ada sosialisasi resmi dari rektorat. Kita hanya mendengar dari cerita para korban cuti ini.
Kritik kedua adalah tentang dasar dari kebijakan ini. Hal ini berhubungan dengan tidak adanya sosialisasi, maka kita tidak mengetahui dasar dari sanksi dipaksa cuti ini. Dalam peraturan akademik yang ada di www.its.ac.id hal ini pun tidak tercantum. Jadi, apakah dasar kebijakan ini?

Hal ketiga yang harus dipertimbangkan adalah, seperti kata teman saya, waktu studi memang tidak dihitung jika cuti, tapi umur masih tetap jalan. Artinya meski tidak dihitung studi tetap saja kuliah kita molor. Tentu hal ini berefek besar pada seorang terpidana cuti.
Pertanyaannya adalah apakah terlambat membayar SPP itu sebuah pelanggaran yang sedemikian parahnya sehingga harus dipaksa cuti? Apakah tidak ada sanksi lain yang lebih edukatif dari dipaksa cuti?
Kata dosen SI saya dulu, waktu kuliah banyak-banyaklah membuat kesalahan, tapi kayaknya setiap kesalahan di ITS hukumannya sangat edukatif. Jadilah kita akhirnya dipaksa untuk harus nurut dan berusaha bersikap sempurna di hadapan semua peraturan di ITS. Ataukah kata edukatif berarti guru selalu benar?

Hanya seorang mahasiswa yang tergelitik dengan fenomena cuti

Labels: , , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home